Menginjak usia yang hampir menyentuh angka 22 (tahun) mungkin bagi sebagian besar orang menganggapnya sebagai usia di mana muncul gejolak dari dalam diri. Gejolak ini berkaitan dengan pencarian identitas diri—siapakah diriku sesungguhnya? apa tujuan hidupku? sudah dewasakah saya?—sebagai akibat transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Satu hal yang menarik untuk dibahas pada kesempatan ini adalah “sudah dewasakah saya?”. Bahwa yang menentukan dewasa atau tidaknya seseorang bukanlah usia, melainkan cara pandang, cara berpikir dan cara bersikap. Nah, berbicara mengenai kedewasaan ini, ada beberapa hal yang bisa digunakan sebagai acuan untuk menilai apakah seseorang sudah dikatakan dewasa atau belum. Oleh karena itu, postingan kali ini, saya membahas mengenai kapankah seseorang bisa dikatakan dewasa yang didasarkan pada Spotted.
Kapan seseorang dikatakan dewasa?
Seseorang dikatakan dewasa ketika dapat membedakan antara “kebutuhan” dan “keinginan” dan tentunya dapat mengabaikan keinginannya
Bahwa kebutuhan dan keinginan itu berbeda lho ya. Kebutuhan adalah sesutau yang kita perlukan dan penting untuk dipenuhi. Kebutuhan kalau tidak terpenuhi tentunya akan menimbulkan masalah. Adapun keinginan adalah sesuatu yang hanya sekadar kemauan yang apabila tidak terpenuhi maka tidak akan menjadi masalah. Nah, orang yang dewasa akan lebih memilih untuk memenuhi kebutuhannya daripada keinginannya. Berbeda dengan orang yang dewasa, orang yang tidak dewasa maka cenderung akan lebih mementingkan keinginannya–karena ingin mengikuti tren biar tidak ketinggalan zaman, ingin dibilang anak kekinian, ikut-ikutan teman, atau sekadar ingin menghambur-hamburkan duit–daripada kebutuhan atau prioritasnya.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia mau menerima orang lain apa adanya
Bahwa merupakan sikap yang tidak dewasa ketika seseorang tidak mau menerima seseorang apa adanya, menuntuk orang lain agar mau menjadi seperti yang kita inginkan. Sebaliknya, Orang yang dewasa menyadari bahwa setiap orang itu berbeda sehingga ia akan mau menerima seseorang dengan apa adanya dan tidak menuntut orang lain untuk mengikuti semua kehendaknya dan menjadi seperti apa yang ia inginkan.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia mampu berdamai dengan dirinya sendiri
Yups, seseorang dikatakan dewasa ketika ia mampu berdamai dengan dirinya sendiri. Berdamai dengan diri sendiri di sini memiliki makna bahwa apapun yang sedang kita miliki, apapun yang sedang terjadi pada kehidupan kita, apapun masalah yang sedang kita hadapi, atau apapun kenyataan pada hidup kita ya kita harus menerimanya. Orang yang dewasa, ketika ada masalah maka ia akan mencari solusi dari masalah tersebut, bukan malah sibuk mencari pembenaran atas permasalah yang menimpanya dan menyalahkan keadaan.
Lalu bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri? Berdasarkan cintalia.com, cara berdamai dengan diri sendiri adalah: (1) memiliki kemauan/tekad yang kuat; (2) menerima kenyataan dengan ikhlas; (3) menyayangi diri sendiri; (4) tidak menyalahkan orang lain atau keadaan atas masalah atau penyesalan yang terjadi; (5) membuang jauh-jauh pikiran negatif dan menggantinya dengan senantiasa berpikir positif; (6) merenungi terhadap apa yang telah dilakukan; (7) berusaha untuk selalu memperbaiki diri; (8) memperbanyak ilmu yang bermanfaat; dan (9) bergaul dalam lingkungan yang postif.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia sudah tidak lagi mencari pengakuan orang lain
Orang yang dewasa adalah orang yang bersikap dan melakukan suatu hal secara apa adanya dan tidak memiliki niatan untuk mencari pengakuan orang lain. Diakui atau tidak diakui oleh orang lain itu bukanlah suatu masalah bagi orang yang dewasa, karena yang terpenting baginya adalah ia dapat menjalankan apa harus ia kerjakan. Berbeda dengan orang yang dewasa, orang yang tidak dewasa cenderung akan mengerjakan sesuatu karena ia ingin diakui oleh orang lain bahwa ia itu pintar, baik, sabar, suka menolong, dll.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia mampu untuk belajar mengikhlaskan
Bahwa semua yang ada di dunia ini tidaklah kekal. Oleh karena itu, belajar ikhlas merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh semua orang. Orang yang dewasa dengan rendah hati akan menerima dan mengikhlaskan apa yang sudah tidak layak lagi untuk ia miliki. Orang yang dewasa akan mengikhlaskan apa yang memang tidak pantas untuknya. Orang yang dewasa akan mengikhlaskan apa yang telah terjadi padaya.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia sudah tidak lagi menghubungkan kebahagiaan dengan materi
Bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya bukanlah diukur pada harta benda yang kita miliki. Kebahagian yang sesungguhnya itu berasal dari dirimu sendiri karena pencapaian-pencapaianmu. Tidak datang terlambat ke suatu acara mungkin bisa jadi kebahagiaan bagi orang yang dewasa.
Seseorang dikatakan dewasa ketika ia berhenti untuk membandingkan dirinya dengan orang lain
Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan dan memiliki jalannya masing-masing. So, tidak adil dong kalau kita membandingkan kemampuan dan pencapaian kita dengan orang lain. Orang yang dewasa tentunya menyadari ini semua. Orang yang dewasa akan lebih fokus pada apa yang ia kerjakan dan apa yang ia dapatkan sekarang tanpa memikirkan apakah ia lebih baik daripada orang lain. Yang terpenting bagi orang yang dewasa adalah bahwa ia tetap berada di jalur hidupnya dan senantiasa berusaha untuk melakukan yang terbaik yang ia bisa dan senantiasa untuk melangkah ke depan.Ā Orang yang dewasa tidak akan membiarkan dirinya berlarut-larut dalam membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain hingga ia lupa bahwa ia berbeda dengan orang lain dan bahwa ia memiliki kemampuan yang bisa jadi tidak dimiliki oleh orang lain.
Berdasarkan kriteria yang sudah dibahas, dapatkah Anda menilai apakah Anda sudah dewasa atau belum? Sudah dewasakah Anda?
Sekian postingan saya kali ini. Jika ada saran atau tanggapan dari teman-teman, maka jangan ragu untuk menuliskan saran atau tanggapan tersebut di kolom komentar. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Stay hungry and stay foolish š
Artikel yang bagus mas.
Jadi kepikiran, jadi kepikiran, sudah sedewasa apa kita? šÆšÆ
LikeLiked by 2 people
Terima kasih Mas sudah mampir di blog saya ini dan meninggalkan komentar. hehe.
Iya, Mas, ternyata pas nulis postingan ini saya jadi berpikir lagi, apakah saya sudah dewasa? (sepertinya belum :))
LikeLiked by 1 person
Banyak ya kriteria nya, bikin mikir keras ini artikel š
LikeLiked by 1 person
Wehehe…lupakan saja, Mas kriteria2 itu š
LikeLiked by 1 person
Hahaha, saya nya aja mas yang praktek nya jauh dari teori ini, but it’s a really good read š
LikeLiked by 1 person
He he he,,,aku yang sudah menuju 40 aza kadang berpikir kalau aku belum cukup dewasa, bahkan kadang aku merasa masih teramat kanak-kanak, saking kanak-kanaknya bahkan aku merasa sama dengan anakku yang SMP.
LikeLiked by 1 person
Dan sepertinya untuk menjadi dewasa yang sebenarnya memang tidaklah mudah, ya Mbak. Harus banyak-banyak belajar saya š
LikeLike
Kalau saya tidak terlalu ingin membandingkan “anak/anak/remaja” dan “dewasa” sebagai dua kutub yang berlawanan. Justru dua-duanya harus mesti tetap ada dalam diri manusia. Hanya saja porsinya di tiap-tiap situasi dan kondisi kehidupan perlu diatur. Misalnya, kalau saya membandingkan diri saya dengan teman yang punya mobil lalu saya mau mobil, tentu itu perbandingan yang kurang baik. Tapi kalau untuk membandingkan pencapaian yang positif misalnya teman kita sudah jadi relawan di komunitas X dan kita belum pernah, tak ada salahnya kita juga mencapai itu juga. Kalau kita terus menjadi ‘dewasa’ (baca: serius), rasanya hidup juga garing. Kadang perlu bermain-main seperti anak-anak atau remaja yang lepas, tak banyak berpikir risiko atau ini itu, meski harus tetap terukur juga. Intinya keseimbangan sih kalau menurut saya. Hehe
LikeLike
Terima kasih telah memberikan sudut pandang yang menarik dari Mas terkait dengan makna “dewasa” itu sendiri. “Seimbang” itu kuncinya š
LikeLike